Pengertian Hermeneutika



Dari istilah Yunani, dari kata kerja hermeneuein, yang berarti “menafsirkan”, dan kata benda hermeneia, “interpretasi. Dari asal kata itu berarti ada dua perbuatan; menafsirkan dan hasilnya, penafsiran (interpretasi), seperti halnya kata kerja “memukul” dan menghasilkan “pukulan”.  Menurut Richard E. Palmer  hermeneutika ditujukan kepada suatu proses mengubah sesuatu atau situasi yang tidak bisa dimengerti sehingga dapat dimengerti . Plato menyatakan “kata yang kita ucapkan adalah simbol dari pengalaman mental kita dan kata yang kita tulis adalah simbol dari kata yang kita ucapkan”. Sehingga dalam memahami sesuatu perlu adanya usaha khusus, karena apa yang kita tafsirkan telah dilingkupi oleh simbol-simbol yang menghalangi pemahaman kita terhadap makna. Menurut Schleiermacer memandang hermeneutika sebagai masalah principal bagi semua pikiran yang diungkapkan ke dalam tanda-tanda lisan dan tulisan, dalam usaha menghindari salah paham.
Hakikat hermeneutika menurut Gadamer adalah ontology dan fenomenologi pemahaman. Pemahaman bersifat historical, artinya pemahaman, bahkan manusia, dikuasai oleh sejarah. Pemahaman adalah hasl interaksi masa lalu dan masa kini. Gerak historical merupakan inti pemahaman. Berkat gerak historical, jika pemahaman bersifat prosesual selalu mengadakan revisi adalah aspek-aspek baru yang terbebaskan dan tampil ke permukaan.
Kunci pemahaman adalah partisipasi dan keterbukaan, bukan manipulasi dan pengendalian. Dengan perkataan lain kunci pemahaman adalah dialektika bukan metodologi. Metode bukan merupakan jalan kebenaran. Kenyataannya, metode cenderung memprastrukturkan cara memandang. Metode hanya mampu mengeksplisitkan macam kebenaran yang sudah implisit di dalam metode.
Hermeneutika adalah masalahnya dan linguistiknya. Pokok sasaran adalah kebenaran isi. Suatu teks di pahami tidak sebagai pernyatan atau ekspresi hidup, tetapi apa yang di katakan. Arti selalu melampaui jiwa pencipta. Oleh karena itu, pemahaman juga merupakan kegiatan produktif. Seseorang hanya memahami secara berbeda.
Prinsip filsafat dan hermeneutika menurut Gadamer mengatakan, setiap zaman harus memahami suatu teks yang di wariskan dalam caranya sendiri, arti sesungguhnya dari suatu teks, sebagaimana ia bicara pada interpretator, tidak bergantung pada kekhasan pencipta dan untuk siapa semula ia menulis. Seorang tidak harus mengetahui arti yang sesungguhnya dari apa yang ia tulis, dan interpretator dan harus kali memahami lebih dari pencipta. Oleh karena itu Gadamer menegaskan pemahaman bukan sekedar suatu reproduksi, tetapi bersama itu juga suatu sikap produktif.
Next
Previous
Click here for Comments

0 komentar: